Tradisi dan Pergerakan Ekonomi
Tiga bulan masa pandemi covid 19 , telah merubah byk hal kehidupan masyarakat , terutama ekonomi yg sangat dirasakan.
Dihentikannya kegiatan sosial ,semisal tradisi yg ada dimasyarakat desa ,suku jawa terutama seperti ruwahan, nyadran, halal bihalal, badan, setelah itu ada pengajian haji, muludan ,safaran dll
Semua memiliki hubungan / korelasi terhadap pergerakan ekonomi didesa.
Dan dg tidak adanya kegiatan tradisi diatas jelas sangat membuat ekonomi pelaku usaha rumahan ,home industri,home made di desa khususnya yg bergerak di produksi bidang makanan,jajanan lokal menurun dratis
Entah sejak kapan tradisi diatas itu secara pasti dimulai, sehingga turun temurun lintas generasi ,masih dilestarikan hingga kini
Kekuatan tradisi oleh leluhur ,nenek moyang kita dibuat ternyata ,tidak sekedar simbul ritual, ekspresi keyakinan , tetapi juga menjadi strategi sosial menciptakan harmonisasi manusia dan alam, guyub rukun ,keseimbangan, norma sosial yg indah.
Bahkan jauh dari itu,ternyata tradisi menjadi cara menghidupkan kegiatan ekonomi masyarakat, produk rumahan seperti makanan,jajanan,minuman, hasil tani,ternak dll yang diproduksi masyarakat didesa, bergerak menghidupkan ekonomi ,sehingga simbiosis mutualisme antara ekonomi dan tradisi menjadi peyangga perputaran kehidupan.
Itulah energi kearifan lokal yg secara natural ,alamiah menyatu ,senafas dlm kehidupan masyarakat yg tersebar dipelosok negeri ,menjadi kultur .budaya dan menjaga tradisi keelokan bangsa.
Disinilah sebenarnya esensi tradisi itu ada, budaya bijak dari nenek moyang , yang harus terus dirawat dan dijaga lintas generasi , karena bagaimanapun juga perubahan tidak harus meniadakan budaya yg baik yg telah ada.
Semenjak ada pandemi virus 19 ,kita tetap dukung kebijakan pemerintah mulai stay at home, Pembatasan sosial berskala besar /PSBB dan kini New Normal, yg semua kebijakan utk kepentingan dan keselamatan rakyat.
Semoga keadaan segera normal ,membaik, sehingga kebangkitan ekonomi, tradisi segera kembali bergeliat lagi.
(Ag)
